CERITA PUKUL AKU LAGI YA IMAM - Oprekan-IT

CERITA PUKUL AKU LAGI YA IMAM

PUKUL AKU LAGI YA IMAM 

By : Nida Muthiah

8 Desember 2019 di Cairo. Aku merasakan sesuatu yang berbeda dalam diri. Entah kenapa tiba tiba semua terasa tidak nyaman seperti ada yang mengganjal tapi aku tak tahu. Awan biru menyambutku tapi aku tak balas sedikitpun dengan senyuman. Mentari pun melambaikan tangan namun aku tetap acuh. 

Meski begitu aku tak mengatakan bahwa aku malas atau terkena virus bad-mood. Aku tetap menggerakkan kaki ini menuju Masjid Soleh Jafary bagaimanapun qiroah Sohih Muslim itu tak terganti indahnya.

Jam 7 pagi harus berjuang dan tetap fokus membuka setiap lembaran hadits, mencatat beberapa enterpoint penting yang disampaikan oleh Syeikh Abdullah Izzuddin.

Setelah itu berangkat kuliah dengan hati setengah setengah. Biasanya di bus 80 coret atau 24 jim aku sambil membuka kitab tapi hari itu aku hanya bisa memandangi pemandangan kota Cairo dibalik jendela.

Pelajaran pertama siroh. Dukturah menjelaskan tentang dakwah Rasulullah ke Thaif aku hanya mendengarkan. Disusul hadits mauduiy membahas tentang syarh Syamail Muhammadiyah. Adzan zuhur berkumandang aku segera ambil wudhu dan salat. Dan muhadhoroh terakhir adalah mustholah hadits ta'liq Kitab Muqaddimah Ibn Solah.

Aku pulang dengan keadaan sudah sangat capek. Tiba dirumah makan sebentar lalu tatkala ingin tidur dan memilih untuk izin tidak hadir dars Dirosat Asanid bersama Syeikh هشام محمد المرصفي. Hati kecilku berbicara 

"Ayo Nid... tetap semangat. Kamu pasti kuat. Kamu gk punya alasan untuk berhenti belajar!"

Getir rasanya jika harus mengatakan

"Ya Allah... nida lelah... lelah sekali..."

Hati kecil masih saja tak mau kalah

"Bismillah Nid... ayo siap siap berangkat"

Setiba di majlis pikiranku terbang melayang. Sedangkan yang lain sibuk membahas takhrij hadits kitab nya Imam Mizzy. Disela majlis aku beranikan diri untuk meminta doa kepada Syeikh Hisyam

"Syeikh, boleh tolong doakan nida?"

Beliau pun mengangkat tangannya

Mungkin beliau paham kalau aku sedang tidak fokus. Dan akhirnya bilang menutup majlis dengan sebuah kisah. Aku mulai senang.

Syeikh Hisyam Mirshofy bertanya kepada kami satu persatu

"Nida, Sama, Hajar, Raihanah...kalian tahu siapa Hisyam bin Ammar?"

Kami saling bertatap muka dan menggelengkan kepala

"Kami tidak tahu Syeikh, bolehkah ceritakan kepada kami siapa sosok Hisyam bin Ammar?"

---

Suatu ketika ayah Hisyam bin Ammar memanggil putranya "Nak, belajarlah hadits kepada Imam Malik di Madinah"

Hisyam pun menjawab

"Ayah, kami tak punya uang untuk belajar"

Ayahnya pun tersenyum

"Nak, ayahmu sudah menjual rumah ini. Ini bekal untukmu. Belajarlah!!!"

"Lalu, nanti ayah bagaimana?"

"Sudah...tak perlu dipikirkan. Kamu belajar saja"

Hisyam bin Ammar pun melakukan perjalanan ke Madinah. Setibanya disana ia pun masuk diantara jemaah Imam Malik yang begitu membludak.

Tanpa permisi, spontan saja Hisyam bin Ammar berkata :

"Duhai Imam...Riwayatkanlah hadits kepadaku!"

Mendengar suara lancang seperti itu Imam Malik pun marah dan menyuruh ia menghadap. Imam Malik akhirnya memukul Hisyam bin Ammar 14 kali pukulan. Namun Hisyam tak mengelak.

Hisyam berkata :

"Ya Imam...kenapa engkau memukulku? Apa salahku?

Ayahku telah menjual rumah dan ia berpesan kepadaku untuk mengambil hadits dari engkau. Aku hanya berbuat sesuai perintah ayahku."

Mendengar tuturannya Imam Malik pun terenyuh dan merasa bersalah

"Apa kafarat yang pantas saya bayar? Karena telah memukulmu?"

Hisyam menjawab :

"Setiap pukulan tadi engkau bayar dengan satu hadits dari Sayyidina Rasulullah shallahu alaihi wasallam"

Setelah 14 hadits sudah dibacakan. Hisyam pun berkata:

"Pukul aku lagi ya Ima ! Hingga aku bisa merasakan bahagianya mendengar hadits Rasulullah"

Setelah itu hari hari Hisyam bin Ammar dihabiskan untuk mulazamah dengan Imam Malik. Dan ternyata Hisyam bin Ammar adalah salah satu dari gurunya Imam Bukhari ! 

---

Mendengar kisah itu aku tak kuat membendung air mata. Aku menangis sejadi jadinya.

Syeikh Hisyam Mirshofy merasa heran :

"Nida...kenapa kamu meneteskan air mata?"

"Kisah itu mengingatkanku kepada perjuangan Abiku. Abi yang selalu ada dalam setiap perjalanan nida menuntut ilmu. Abi yang pindahkan nida dari yang awalnya belajar IPA-Matematika dan harus belajar nahwu, sorof, balaghah, tafsir, hadits. 

Abi yang menyiapkan nida perahu besar hingga sampai di samudera ilmu. Abi yang selalu mengirimkan uang bulanan hingga nida tetap belajar di Azhar. Abi lah sebab utama hingga nida bisa berjumpa dan duduk bersama Para Kibar Masyayikh dan Duktur. Abi lah yang tak pernah bosan menasehati agar nida fokus belajar dan ibadah. Meski mungkin ekonomi pas pasan tapi keyakinan bahwa semua anak anaknya harus belajar agama adalah harga mati. Dan aku selalu berdoa setiap langkah menuntut ilmu di Mesir adalah menjadi kiriman pahala untuk Abiku.

Ya Syeikh, kau tahu?

aku rindu Abiku!!!"

Sesak di dada dicampur tetesan air mata membasahi pipi ini. Kulihat Syeikh Hisyam pun menundukkan kepala. Teman-teman yang lainnya pun terbawa haru dan mengelap wajahnya dengan sehelai tissu.

Syeikh Hisyam berkata dengan penuh lembut :

"Nida...kamu harus membalas jasa kedua orang tuamu. Belajarlah sungguh sungguh di Mesir. Dan jika tiba waktunya kamu akan pulang ke kampung halaman dengan membawa cahaya ilmu dan iman"

Mungkin tulisan ini Abiku tidak akan baca. Karena beliau tak punya akun facebook. Tapi aku yakin Abiku akan terus mendoakan kebaikan dan memberikan kado terbaik untuk semua anak anaknya. 

رب اغفر لي ولوالدي وارحمهما كما ربياني صغيرا

ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

I Love U Abi❤

Semoga Allah mencintaimu

Doakan anakmu.



Related Posts

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "CERITA PUKUL AKU LAGI YA IMAM"

Post a Comment